Suatu hari, ada seorang kakek yang tidak punya
tempat tinggal duduk di pinggir jalan dan merasakan dinginnya malam. Ia
berpikir apakah dia bisa tinggal di sebuah tempat yang mewah dan bisa tidur
dengan nyenyak, tetapi itu hanya sebuah mimpi. Ia kembali melanjutkan
perjalanannya ke tempat ia biasa tidur, yaitu dibawah kolong jembatan. Ia tahu
bahwa kolong jembatan adalah bukan tempat yang baik untuk istirahat, tetapi itu
hanyalah satu – satunya jalan agar ia bisa tetap hidup.
Keesokannya,
kakek itu bangun dan berjalan – jalan di sekitar kolong jembatan untuk mencari
makanan. “Memang susah mencari makanan di tempat ini”, katanya sambil menendang
– nendang sampah yang ada di sekitarnya. Ia kemudian pergi ke perempatan jalan
sambil meminta – minta uang untuk mencari makan, akan tetapi tidak ada orang
yang memberikannya.
Kakek itu kemudian pergi ke
suatu rumah di mana rumah itu adalah rumah temannya waktu sekolah dulu. Ia
menunggu di depan rumah dan membunyikan bel. Setelah membunyikan bel, seseorang
yang masih muda keluar dari pintu dan mendekatinya. “Siapa kamu? Ada perlu apa
mendatangi rumah saya?” kata orang muda
itu. Kakek itu menjawab “Apakah Norman ada di rumah?”. “Kenapa kamu mencari
kakekku?” jawab anak muda yang ternyata cucu dari teman kakek itu. “Aku adalah
teman kakekmu sewaktu kami masih sekolah bersama – sama.
Aku datang karena ingin meminta bantuan,” kata Kakek sambil mengusap wajahnya
yang berkeringat karena panasnya matahari. Anak muda tadi masuk kembali ke
rumah dan memanggil kakeknya yang masih sehat itu. “Hai Burman, apa kabar? Lama
sekali kita tidak pernah ketemu. Kemana saja kamu?” sapa Norman. “Aku baik baik
saja, aku akan ceritakan di dalam jika kamu boleh mempersilahkan aku masuk?” jawab
Burman dengan tertawa kecil. Kemudian Norman mempersilahkan masuk Burman dan
meminta cucunya untuk membuatkan es teh. “Ceritakan padaku mengapa kamu
membutuhkan bantuan dariku?” kata Norman. “Begini, aku sebenarnya sudah tidak
mempunya tempat tinggal sejak rumahku terbakar 20 tahun yang lalu, dan istriku
sudah meninggal karena kebakaran itu, jadi aku meminta bantuanmu, apakah kamu
bisa mencarikanku tempat tinggal yang nyaman?” jawab Burman. Suasanya hening
sejenak setelah pertanyaan Burman. Kemudian, Agus mengambil sepucuk surat dan
diberikannya kepada Burman sambil berkata, “Ambilah surat ini dan bacalah
isinya.” “Apa isi surat ini?” tanya Burman. “Aku tidak tahu, keluargamu yang
menitipkan surat ini padamu. Aku selalu lupa memberikannya kepada kamu, mumpung
kamu di sini aku memberikan surat itu.” Burman membuka surat tersebut, di
dalamnya terdapat secarik kertas, buku tabungan dan uang tunai senilai 1 juta
Rupiah. Burman kaget melihat isinya. Kemudian Ia membaca kertas yang ada di
dalam surat tadi.
Untuk Ayah,
Hai ayah, bagaimana kabar
ayah? Sehat kan? Ini anakmu yang bernama Arjuna. Sudah lama aku ingin bertemu
dengan ayah. Ayah kemana saja? Aku disini bersama Ibu. Kami selamat dari
kebakaran yang terjadi di rumah dan kami langsung dibawa ke rumah sakit tanpa
sepengetahuan ayah. Kami merindukan ayah. Sekarang kami tinggal di Jakarta,
tepatnya di Jakarta Pusat. Kami tinggal di sebuah rumah yang nyaman. Ibu juga
sudah mempunyai pekerjaan yang sangat luar biasa yaitu sebagai Manajer di
sebuah mall. Kami menunggumu di sini. Oh iya, di dalam surat ini ada uang tunai
dan buku tabungan. Gunakan untuk menyusul kami ke sini.
Dari
Anakmu,
Arjuna.
Setelah membaca surat itu,
Burman menangis bahagia karena istri dan anaknya masih hidup. Kemudian Burman
bertanya kepada Norman “Norman, Kapan mereka memberikan surat ini?” “10 atau 11
tahun yang lalu, saat itu aku bertemu mereka di Jakarta di pernikahan anakku
yang pertama,” jawab Burman. “Mengapa kamu tidak langsung memberikannya
kepadaku?” tanya Burman sambil menangis. “Karena susah aku mencari kamu dan
kesibukan saat bekerja.”
“Ya sudah, tidak apa – apa.
Setidaknya sekarang aku tahu istri dan anakku masih hidup.” jawab
Burman dengan tangisan bahagia.
Setelah berbincang sebentar
dengan Norman, Burman segera pergi ke stasiun kereta api dan memesan tiket
untuk perjalanan ke Jakarta. Di stasiun,
Burman membaca ulang surat yang ia baca tadi dan mencari petunjuk alamat mereka
tinggal. Setelah 20 menit, kereta eksekutif jurusan Jogja – Jakarta Gambir
datang. Burman segera masuk dan mencari tempat duduk yang ia pesan. Sekitar jam
10 pagi, kereta berangkat. Dari Jogja ke Jakarta butuh waktu sekitar 7 – 8 jam perjalanan.
Selama perjalanan, Burman masih sibuk mencari petunjuk alamat mereka. Ia masih
kebingungan mencari jawaban. Sambil menikmati perjalanan, Ia memesan makanan
yang posrsinya lumyan besar karena ia sudah lama tidak pesan makanan enak.
Setelah kenyang, Ia masih mencari alamat anaknya. Dia mencoba membuka buku
tabungan yang diberikan anaknya. Di dalam buku tabungan halaman terakhir di bagian pojok kiri atas ada tulisan di mana
mereka tinggal. Burman sangat senang dan ia mencoba beristirahat karena terlalu
lelah mencari alamat tadi.
Kemudian Burman dibangunkan
seseorang. Orang itu berkata bahwa dia sudah sampai Jakarta. Kemudian Burman
bangun dan merapikan barang bawaannya dan bergegas keluar dari gerbong. Hari
sudah hampir malam ketika burman sampai di Jakarta. Burman segera mencari hotel
yang murah karena ia hanya tinggal sementara dan esoknya ia harus mencari
tempat tinggal anaknya. Setelah menyusuri sekitar Stasiun Gambir, Ia berhasil
menemukan hotel yang murah dan segera berisitirahat.
Keeseokannya ia meninggalkan
hotel dan memulai pencariannya dengan naik bus Trans Jakarta. Ia memesan tiket
ke daerah Kemayoran Jakarta Pusat. Sesampainya di Kemayoran, Ia mencari tempat
tinggal anaknya. Ia mencoba ke perumahan yang bernama Perumahan Kemayoran Asri.
Ia bertanya kepada satpam yang berjaga apakah ia mengenal anak yang bernama
Arjuna. Tetapi satpam tersebut tidak tahu karena ia masih baru di sini dan
belum terlalu hafal dengan warga sekitar. Kemudian Ia bertanya kepada seorang
penjaga warung makan. “Bu, Apakah ibu mengenal anak bernama Arjuna?” tanya
Burman. “Oh Arjuna, Dia sudah tidak tinggal di sini lagi. Dia sudah pindah
bersama ibunya ke Jogja. Katanya Ia ingin mencari ayahnya yang sudah lama tidak
ia temui,” jawab penjaga warung. Burman kaget dan segera berpamitan dengan
penjaga warung tadi. Burman kembali ke Stasiun Gambir dan memesan tiket kembali
ke Jogja. Tetapi tiket ke Jogja sudah habis dan burhan kembali ke hotel dimana
Ia menginap tadi malam.
Sekitar jam 06.30 Burman
pergi ke Stasiun Gambir dan memsan tiket Jakarta – Jogja. Jam 7 kereta datang
dan Burman segera masuk gerbong ke 3. Saat perjalanan, Ia tidur lelap. Setelah
tidur selama 1 jam, Ia terbangun dan memesan makanan karena dia belum sarapan.
Sesampainya di Jogja, Burman
langsung menuju rumah Norman dan menemukan bahwa anak dan istrinya ada di sana
sedang berbincang – bincang. Burman langsung memeluk istri dan anaknya yang ia
sangat ingin temui setelah sekian lama. Dengan menangis haru, Burman berkata,
“Sudah besar kamu nak Arjuna... Sekarang kamu sudah bisa menjaga Ibumu dan Ayah
minta maaf karena tidak bisa menjaga dan merawat kalian dengan baik. Ampunilah
kesalahan Ayah ya Nak...” Arjuna tidak menjawab apa – apa. Suasananya sangat
mengharukan. Norman yang melihat mereka berpelukan pun ikut menangis dan
berkata, “Belum pernah aku merasakan perasaan yang sangat haru seperti ini.
Sungguh sangat menyentuh hati.”
Burman melepaskan pelukan
dan berpamitan kepada Norman. Burman berencana untuk membangun kembali
rumahnya. Burman mengajak anak dan istrinya ke rumah mereka yang lama. Setelah
sampai, Burman kaget dan tidak bisa berkata apa – apa karena rumah dulunya
terbakar sudah direnovasi dan ditinggali lagi. Burman bertanya kepada isrtinya,
“Bu.. Apakah ibu yang membangun kembali rumah kita?” “Tidak Man.. Anakmu lah
yang membangun kembali rumah kita.” Jawab isrtinya. “Bagaimana bisa? Anak kita
hebat sekali. Senang rasanya punya anak yang bisa membahagiakan orang tua,”
jawab Burman dengan bangga. “Bisalah yah. Anakmu ini sudah dewasa dan sudah mempunyai
pekerjaan,” jawab Arjuna sambil mempersilahkan masuk orang tuanya. Burman
senang bisa kembali ke rumah yang banyak kenagan itu. Burman berjanji di masa
tuanya ini Ia dapat menjaga dan merawat isrtinya dengan baik.
0 comments:
Posting Komentar